Contoh Naskah Drama TV /Film (Tittle: Other Side)


Judul : Other Side


Ide dan Naskah : Anwar Soleiman



Premis : Jangan bedakan kami!



Tema : Action



Sinopsis :



Dina adalah seorang gadis tomboy berusia 17 tahun, berambut cepak, dengan postur tubuh kurus, tinggi dan berwarna kulit gelap dan sangat disegani semua orang di sekitarnya.

Dina dibesarkan tanpa kasih sayang seorang ibu, bahkan ia tak tahu siapa ayah kandungnya.

Ia dilahirkan di Mesir. Ketika ibunya bekerja di sana. Ia kemudian dibawa ke Indonesia untuk dititipkan kepada kakak tirinya. Setelah menyerahkan Dina, ibunya kembali ke Mesir dan tak pernah kembali hingga kini. Sepucuk surat pun tak ada yang ia terima. Ibunya seakan hilang ditelan bumi.

Dina adalah seorang anak yang berprestasi. Sejak SD hingga lulus SMA, ia selalu mendapatkan beasiswa.

Dina diasuh oleh kakak tirinya yang bernama Melati. Melati lebih tua 3 tahun darinya. Kini, Melati adalah seorang janda.

Dina merasa adanya ketidakadilan di lingkungannya. Hingga pada suatu waktu ia sudah sangat muak. Ditengah kekesalannya, ia terprofokasi menjadi seorang teroris.



Karakteristik :



- Dina (Contoh: Sauzan) : Manis, Bersifat tomboy, berwarna kulit gelap, rambut cepak, tubuh tinggi dan sexy

- Franklin (Contoh: Vino G Bastian) : Ganteng, Bertubuh kekar, berwarna kulit putih, rambut pendek, tubuh tinggi, bersih dan sexy.

- Melati (Contoh: Fahrani) : Cantik, Tubuh tinggi semampai, warna kulit gelap, rambut panjang berwarna cokelat.

- Farouk (Contoh: Lukman Sardi) : Manis, Tinggi, Putih, dan berbulu dada.

- Ipank (Contoh: Edrick Chandra) : Manis, Tinggi, Gemuk, Gemulai, Putih.

- Pemilik Cafe (Contoh: Titik Kamal) : Cantik, Berambut panjang warna hitam. Tinggi dan Sexy

- Seorang wanita yang menyamar menggunakan cadar (Contoh: Cathrine Wilson)

- 2 Orang Pengendara Motor : Ganteng, Putih, dan Kekar

- 2 Orang anak buah Farouk : Berwarna kulit gelap, tinggi dan kekar





Treatment :

Scene 1

Int. Rumah Dina - Pagi

Dina dan Melati tinggal disebuah rumah yang lebih layak disebut gubuk. Di rumah tersebut hanya terdiri dari sebuah ruangan berukuran 3 x 4 meter. Rumah yang berdinding anyaman rotan yang usianya lebih tua dari mereka berdua itu hanya berisi sebuah kasur, sebuah lemari tua, sebuah meja makan, kompor, tabung gas 3 kg, sebuah tempat sampah, sebuah jam dinding dan sebuah kalender masehi menjadi hiasan dindingnya.



Scene 2

Ext. Kamar Mandi - Pagi

Dinding kamar mandi tanpa closed tersebut hanya terbuat dari kain-kain bekas. Kamar mandi berukuran 1x1 meter tersebut berada tak jauh dari belakang rumahhnya.



Scene 3

Int. Butik Madam Ipank - Siang

Berukuran 2 x 3 m, Berisi manekin dan busana2 rancangannya.



Scene 4

Ext. Café Hi-Class - Siang

Sebuah papan nama megah terpampang bertuliskan, Café Hi-Class.



Scene 5

Ext. Rumah Dina - Malam

Sebuah asbak rokok berada diatas sebuah meja yang diapit dua buah kursi pelastik berwarna putih tampak tua dan kotor.



Scene 6

Ext. Gang Perumahan - Pagi

Jalan beraspal tampak lengang dan sepi.



Scene 7

Int. Mobil - Pagi

Tergeletak sebuah laptop di kursi belakang.



Scene 8

Ext. Salon Kecantikan – Pagi

Tampak pelanggan silih berganti.



Scene 9

Int. Mobil – Siang

Beberapa pakaian, senjata api, dan bom yang telah dirakit terletak di kursi belakang.



Scene 10

Int. Café Hi-Class - Siang

Tampak beberapa turis asing sedang menikmati hidangan di tempat mereka masing masing. Sepertinya berasal dari USA, Korea dan India.



Scene 12

Int. Kamar Hotel Tempat Dina Menginap - Pagi

Sebuah BlackBerry, satu exemplar koran dan sebuah TV yang sedang menyajikan siaran berita.



Scene 14

Ext. Jalan Raya - Siang

Hanya tampak beberapa pengendara mobil yang berlalu lalang.



Scene 15.

Int. Markas - Siang

Markas mereka merupakan sebuah gedung tua. Di dalam markas tersebut berisi sebuah meja yang di atasnya terdapat beberapa botol minuman keras dan sebuah laptop.Terlihat tumpukan peti kayu dibawah jendela. Tampak seperti tempat senjata dan bahan peledak.

Ada 5 orang dalam ruangan tersebut.



Naskah :



Scene 2

Pagi itu, Pukul 6.00am.

Dina sudah terlihat sibuk menimba air untuk mengisi ember-ember bekas cat di belakang rumahnya.

Beberapa menit kemudian ia mandi.

Usai mandi, ia hanya mengenakan singlet hitam, dan celana pendek yang terbuat dari bahan jeans.

Sambil menunggu air yang ia masak untuk membuat kopi mendidih, beberapa kali ia melatih otot lengannya dengan mengangkat ember yang berisi air. Dilanjutkan dengan push up dan sit up tepat di depan pintu yang sedang separuh terbuka.

Dari balik kemulan selimut, Melati meregangkan kedua tangannya.

Dina mengintip sejenak, kemudian melanjutkan latihan ototnya.

Dina:

"Dah bangun, Mel?"

Melati menguap lalu tersenyum.

Melati perlahan bangkit dari kasur. Ia masih mengenakan pakaian dinasnya. Bukan pakaian dinas formal. Melainkan pakaian yang mengundang syahwat para lelaki hidung belang. Ia menghampiri meja, mengambil sebuah bungkusan rokok dan mengorek-orekan jari telunjuknya di dalam bungkusan rokok tersebut. Diambilnya sebatang rokok itu lalu dibuang bungkusannya di tong sampah yang berisi tisu bekas dan beberapa bungkusan alat kontrasepsi dan alat kontrasepsi bekas.

Melati:

"Gile… Lo tiap hari push up, sit up tapi gak tembus semua tes-tes penerimaan kemaren?"

Dina:

"Mungkin emang Dina kurang pantes jadi Police Girl, Mel."

Melati:

"Gak usah sok-sokan kuatin hati lo, deh dek. Semua orang pasti sependapat, fisik lo oke. Otak lo lebih oke. Cuman kantong lo doank yang gak oke. Makanya lo gak tembus."

Dina tak menjawab. Ia tak henti melihat otot lengannya.

Melati kemudian menyulutkan rokoknya. Menyembulkan kepulan asap ke arah melati, Lalu melanjutkan pembicaraan.

Melati:

"Mending lo nyari duit dulu."

Dina tiba tiba berhenti melakukan aktifitasnya. Ia menatap tajam mata Melati.

Melati:

"Yaelah. Bukan mecun kayak gue juga kale. Maksud gue lo nyari gawean yang halal. Buat tabungan lo. Buat kuliah lo. Biar bisa kerja di kantoran."

Dina lega. Tampak dari hembusan nafas yang kencang melalui mulutnya.

Melati:

"Otak lo top banget, dek. Sayang aja kalo ujung ujungnya jadi orang miskin lagi yang gak dianggep."

Kemudian Melati mengepulkan asap rokoknya di depan wajah Dina, mengambil handuk yang tergantung rapih di jemuran di belakang rumahnya dan berlenggang menuju kamar mandi.

Melati:

"Din, café di pojok sana kayaknya lagi ada lowongan deh, di butik Madam Ipank ada lowongan tuh. Coba aja ajuin lamaran lo!"

Dina kemudian meletakan ember-ember bekas cat berisi air sebagai beban fitnesnya tersebut.

Scene 3

Tampak Dina mendekati seorang pria tinggi, berbahasa tubuh gemulai, putih, bersih, dengan ukiran alis yang rapih dan cantik. Pria tersebut bernama Ipank. Pria tersebut merupakan Pemilik sekaligus designer di butik tersebut. Dengan lentik jemarinya ia tampak sibuk merapikan pakaian yang dipakaikan di sebuah manekin yang dipajang di tokonya.

Belum juga menyampaikan niat kedatangannya, ekspresi muka Dina langsung berubah.

Ipank:

"Maaf ya mbak. Gue nyari karyawati yang cantik. Jadi lamaran Anda, gue tolak. Okey?"

Ketika Dina keluar dari Butik langkahnya terhenti sejenak, ia bertemu seorang pria. Pria tersebut adalah kakak kelasnya di SMA. Pria itu bernama Franklin.

Perasaan Dina yang sedang kesal itu ia lampiaskan ke Franklin. Sejenak ia menatap tajam seluruh bagian tubuh Franklin dari ujung kaki hingga ke ujung kepala, kemudian sekilas ia alihkan pandangannya ke papan nama butik, lalu kembali menatap tajam mata Franklin.

Dina:

"Gimana gue mau nerima lo, Frank? Ampe sekarang aja gaya lo masih gemulai gini. Nongkrongannya di butik lagi."

Franklin terkejut. Ia kaget atas sambutan Dina yang tidak mengenakan setelah lama tidak bertemu.

Dina kemudian melanjutkan langkahnya.

Franklin melihat kepergian Dina dengan penuh rasa penasaran. Sekilas ia melihat pintu butik, kemudian kembali melihat Dina melangkah cepat dengan ciri khas badannya yang tegap.

Scene 4

Dina kemudian melangkah masuk. Ia masih menggunakan kemeja putih polos. Dan celana panjang hitam berbahan jeans. Tampak ia pun masih menjinjing sebuah amplop berwarna cokelat.

Tak lama kemudian datanglah pemilik Café. Pemilik Café tersebut adalah seorang wanita cantik berkulit putih. Wanita berambut panjang berwarna pirang tersebut berjalan anggun menggendong kucing peliharaannya.



Belum juga menyerahkan surat lamarannya, pemilik Café tersebut langsung memulai pembicaraan.

Pemilik Café:

"Mau ngelamar kerja?"

Dina menjawabnya dengan tersenyum simpul.

Pemilik Café:

"Dirumah ada kaca, gak?"

Dina terdiam.

Pemilik Café:

"Ini Café Hi-Class, ato kelas atas kalo lo gak tau bahasa inggrisnya. Nyadar donk! Lo itu item, dekil, bau. Kalo lo kerja di sini, gue bisa kehilangan pelanggan. Karena nafsu mereka bisa ilang. Bisa muntah-muntah karena ngeliat lo."

Dina berteriak sekeras-kerasnya kemudian melemparkan gelas yang iya genggam ke arah lemari di kamarnya ketika ia mengingat penolakan-penolakan lamaran kerjanya. Ia masih mengenakan kemeja putih itu yang kini tampak compang-camping dengan kancing yang hampir terbuka semua, sehingga terlihat jelas tubuh seksinya dibalik kaos singlet berwarna hitam itu.

Scene 5

Malam hari.

Seperti biasa. Dina selalu duduk di luar rumah setiap kali Melati sedang melayani tamu. Dina duduk sambil memeluk kedua lututnya. Dengan pandangan kosong ia mengernyitkan keningnya.

Beberapa saat kemudian, seorang pria keluar dari dalam rumah dengan kemeja belum terkancing rapih. Pria tersebut adalah langganan Melati. Pria tersebut bernama Farouk.

Farouk berhenti sejenaki di depan pintu ketika melihat Dina yang tampak bersedih dan kecewa. Sambil menaikan resleting celananya pria tersebut bertanya kepada Melati dengan logat melayu.

Farouk:

"Adikmu kenape?"

Melati:

"Lagi stress. Lulus SMA, ikut tes sana-sini gak tembus. Ngajuin lamaran kerja malah di hina."

Farouk kemudian menatap iba Dina.

Melati:

"Besok gue suruh dia ke agen TKW aja."

Farouk kemudian tersenyum dan tampak merencanakan sesuatu dari balik senyum dan lirikan matanya yang licik.

Scene 6

Tampak Farouk menyamar dengan penampilan lain sehingga Dina tak mengenalnya. Farouk menggunakan pakaian muslim dan bersorban. Ia mengikuti Dina dari belakang menggunakan Mobilnya yang berwarna silver.

Ia menurunkan kaca kiri mobil, kemudian kaca kanan mobilnya, lalu menyapa Dina dari dalam mobil.

Farouk:

"Assalammualaikum."

Dina kemudian menatap dan memperhatikan pria tersebut.

Dina:

"Walaikum Salam."

Farouk:

"Maaf mengganggu. Saya mau nanya. Mesjid terdekat di daerah sini, di mana ya? Saya mau shalat Dzuhur."

Dina:

"Masih Jauh, Stad."

Farouk:

"Adik mau kemana? Biar saya antar saja. Sekalian nyari mesjid buat shalat."

Dina pun termakan bujukan pria tersebut.

Scene 7

Di dalam mobil dengan kecepatan yang sengaja diperlambat, Farouk mulai mempengaruhi Dina.

Farouk:

"Mau kemana, dik?"

Dina:

"Mau ke agen TKW, stad. Kaca mobilnya ditutup saja Stad. Saya percaya kok Ustad orang baik-baik."

Farouk lalu menaikan kaca jendela mobilnya.

Farouk:

"Oh. Dari pada kerja di luar negri, alangkah baiknya kerja di dalam negri saja."

Dina:

"Sudah saya coba, stad. Tapi belum rejeki. Coba ikut tes sana tes sini, lamar sana lamar sini, malah dapat hinaan."

Farouk:

"Astaghfirullah. Siapa yang menghina kamu, dik?"

Dina:

"Pemilik Café Hi-Class."

Farouk:

"Café Hi-Class? Café yang pusatnya di Negeri Barat sana kan?"

Dina:

"Masa sih?"

Farouk:

"Iya. Untung kamu tidak bekerja di Café itu."

Dina:

"Loh kok?"

Farouk:

"Café itu penyumbang dana terbesar negara-negara barat, musuh kita"

Dina:

"Wah… tau gitu kemarin udah saya hajar tuh pemiliknya. Biar lampiasin emosi pribadi saya kemarin."

Farouk:

"Pakai cara saya saja."

Dina:

"Cara apa?"

Farouk:

'Dihancurkan. Diledakin"

Dina:

"Tapi kasian yang tidak bersalah."

Farouk:

"Mereka yang berkunjung ke tempat itu rata-rata orang asing. Mereka itu kafir. Membunuh mereka itu Halal. Mereka yang bekerja di sana adalah penghianat. Karena bekerja untuk musuh kita."

Dina:

"Wajah Ustad sepertinya tidak asing. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Farouk terkejut karena Dina berusaha mengenalinya.

Farouk:

"Mungkin dalam mimpimu, Dik. Karena tuhan mengirimkan saya untuk membawamu menyelamatkan dunia."

Dina termakan omongan pria tersebut.

Scene 8

Keesokan harinya, Dina keluar dari Salon Kecantikan, merombak penampilannya. Ia mengenakan dress anggun berwarna putih polos, sun glass, dan melangkah memasuki mobil sambil sesekali mengibaskan kipas ditangan kanannya.

Mereka meluncur ke Café Hi-Class.

Scene 9

Di dalam mobil, Dina berulang kali diajarkan rencana peledakan itu oleh Farouk.

Farouk:

"Sekarang kamu gunakan gelang jimat ini. Jangan pernah dilepas. Karena ini gelang keberuntungan kita."

Scene 10

Di Café Hi-Class.

Dina duduk manis dengan hidangan mewah berada di atas meja di hadapannya. Sepuluh menit ia habiskan untuk mencicipi makanan ringan dan minuman ringan, kemudian ia melangkah Anggun membawa tas genggamnya berisi bom yang dikendalikan dari jarak jauh. Setelah meletakan di tempat tersembunyi, Dina melangkah lebih cepat dan sedikit tergesah-gesah menuju mobil.

Scene 11

Setelah mobil mereka melaju dan hilang diujung jalan, terjadilah ledakan dahsyat.

Kepolisian setempat telah mengantongi rekaman CCTV café hi-Class. Namun wajah pelaku belum disebar luaskan di media.

Salah satu anggota pasukan khususnya mengenal wajah Dina. Karena Dina bukan orang yang asing baginya. Ia adalah Franklin.

Scene 12

Keesokan harinya media cetak setempat menghebohkan peristiwa tersebut. Tampak senyum puas dari wajah Dina.

Handphone baru Dina berdering. Ia sedikit bingung cara menjawab panggilan masuk tersebut.

Dina:

"Sip bos. Dana sudah masuk ke rekening saya. Terimakasih."

Dina kini dilengkapi dengan sejata api. Ia memperhatikan pistol yang ia pegang. Ia berusaha memahami cara menggunakannya.

Terlintas dalam ingatannya, penolakan dari butik Madam Ipank.

Dina kemudian menghampiri Butik tersebut. Iya melenggang masuk dengan anggun. Sesampainya di dalam, ia langsung di sapa oleh pemilik butik tersebut.

Scene 13

Ipank:

"Hai Cantik. Apa kabar."

Dina:

"Kabar gue sih baek. Tapi,"

Kalimat Dina menggantung, dari belakang terlihat tangan kanannya sedang mengambil sebuah benda dari dalam tas genggamnya. Seketika wajah pemilik butik panik apalagi ketika mendengar Dina melanjutkan kalimatnya.

Dina:

"Kabar loe Buruk Banget."

Seketika ekspresi wajah Ipank berubah.

Dina:

"Inget siapa gue? Tadi lo bilang gue cantik lantaran penampilan gue yang mewah ini, kan? Waktu gue ngelamar kerjaan kemaren, gue jelek, karena gue miskin?"

Dina mengacungkan senjata api dikening pemilik butik tersebut. Baru saja dikokang senjatanya, pemilik butik tersebut langsung pingsan. Dina menendang kepala pemilik butik tersebut.

Dina:

"Tidurlah selamanya!"

Ketika hendak menarik pelatuknya, tiba-tiba ada sesorang yang mendorong tubuh Dina dari belakang. Sehingga pistol yang ia pegang terhempas ke lantai.

Dina panik karena senjatanya terlepas. Ia langsung menghajar orang yang berada dibelakangnya menggunakan siku tangan kanannya, kepalan tangan kanan, dan diadu kepalanya ke belakang.

Orang itu panik memegang hidungnya yang seketika mengeluarkan darah akibat benturan dari kepala Dina. Kemudian Dina menendang kemaluan pria tersebut. Pria tersebut akhirnya tersungkur dan merintih tangan kanannya memegang hidung, dan tangan kirinya memegang daerah kemaluannya. Dina kemudian menendang kepala pria tersebut menggunakan kaki kiri. Sehingga tampak wajah pria tersebut yang berlumuran darah.

Dina:

"Franklin?"

Dina panik.

Franklin:

"Din, Dina?”

Franklin panik.

Franklin:

Sejak kapan lo bergabung dengan kelompok Unheart?'

Dina:

"Unheart? Maksud lo? Gue gak ngerti?"

Franklin membersihkan darah yang mengalir dari hidungnya menggunakan sapu tangannya berwarna putih.

Franklin:

"Serius? Masa gak ngerti? Gelang yang lo pake itu biasanya hanya digunakan oleh para pelaku bom bunuh diri dan semua anggotai kelompok bersenjata bernama Unheart"

Dina:

"Maksud lo teroris?"

Dina panik.

Franklin:

"Orang yang lagi dekat sama lo ada yang berlogat melayu, gak?"

Dina:

"Iya. Ustad yang temenan sama gue logatnya melayu."

Franklin:

"Ustad?"

Dina:

"Iya pria itu menggunakan sorban."

Franklin kemudian mengambil tasnya dan mengeluarkan sebuah folder dan menunjukannya kepada Dina.

Franklin:

"Kenal orang-orang ini, gak?"

Dina membuka satu persatu file dalam folder tersebut.

Dina:

"Anjrit. Ustad itu? Ustad boongan. Ternyata dia itu si Farouk. Pelanggan kakak gue. Ini kan daftar pencarian orang? Mereka teroris, folder ini kenapa bisa ada sama lo?"

Franklin:

"Gue, Gue anggota pasukan khusus anti teroris."

Dina terkejut dan mulutnya terbuka lebar.

Franklin:

"Bahkan foto lo ada di dalam folder itu. Madinah Dwi Tunggal, tersangka pengeboman Café Hi-Class 20 November 2010."

Dina kemudian terjatuh bersama folder yang dipegangnya. Iya kemudian mencengkeram kepalanya sendiri dan berteriak.

Tak lama kemudian, handphone Dina berdering.

Sebuah panggilan masuk dari Farouk.

Dina:

"Anjing lo. Penipu. Teroris. Aaargh."

Farouk:

"Hey. Hey. Nyebut! Jangan dengarkan yang lain. Lanjutkan misi kita. Jalan yang kita tempuh ini jalan yang benar."

Dina:

"Begoin orang bego. Jangan begoin gue. Mana ada orang baik-baik berzinah tiap malem?"

Farouk:

"Hahaha. jadi kamu sudah tau? Lakukan perintah saya. Atau,"

Dina:

"Atau apa? Gue nggak takut sama lo!"

Tiba-tiba terdengar jeritan Melati dari kejauhan.

Dina:

"Mel…?"

Dina panik. Matanya berkaca-kaca.

Melati:

"Dina… Gak usah mikirin nyawa gue, Din. Selamatkan saja nyawa lo dan yang lainnya."

Telpon terputus.

Dina:

"Frank, ikut gue."

Mereka lalu bergegas meninggalkan Butik Madam Ipank menggunakan sepedah motor milik Franklin.

Franklin:

"Mau kemana, Din?"

Dina:

"Markas Unheart."

Scene 14

Dina mengendarai sepedah motor milik Franklin dengan kecepatan tinggi.

Namapaknya, Farouk mengetahui rencana Dina menuju markas.

Ditengah perjalanan sepedah motor mereka berusaha dihadang 2 sepedah motor teroris lainnya. Dina mengeluarkan dua senjata di tangan kiri dan tangan kanan lalu menembakannya pada 2 pengendara motor tersebut sambil tetap berusaha mengendalikan sepedah motor yang ia kemudikan. Setelah kedua teroris itu tumbang, Dina berhenti sejenak dan memutar balik motornya.

Dina:

"Anjrit. Pasti mereka anak buah gembong teroris itu. Tau dari mana mereka gue mau ke markas?"

Franklin:

"Dari GPS. Buka gelang lo. Buang ke dua pengendara tadi."

Dina lalu menarik paksa gelangnya lalu melemparkan ke arah 2 teroris yang telah tewas tersebut. Ia memutar kembali sepedah motornya dan melanjutkan perjalanan.

Scene 15

Melati:

"Lepasin gue… Dina bakal habisin kalian."

Farouk:

"Hahaha… Dina sudah tewas bersama 2 orang kiriman saya. Liat lah di GPS. Tiga titik itu terletak berdekatan. Tak ada pergerakan. Tak ada tanda-tanda kehidupan. Hahaha."

Tiba-tiba Dina mendobrak pintu depan dan menyuruh Franklin mengitari bangunan tersebut.

Dua orang anak buah Farouk menodongkan senjatanya ke arah Dina. Seorang wanita bercadar kabur lewat pintu belakang. Tangan Melati diikat dibelakang sandaran kursi tempat duduknya. Farouk menodongkan pistolnya ke arah Melati.

Franklin:

"Jangan bergerak! Jangan coba coba menghapus semua data dalam laptop itu."

Franklin lalu menyuruh wanita bercadar itu memasangkan sendiri borgol di tangan dan kakinya.

Farouk:

"Jangan bergerak. Jatuhkan senjatamu, atau kupecahkan kepala pelacur ini!"

Dina mengangkan kedua tangannya seakan menyerah kemudian melebarkan tangannya kearah kiri dan kanan seakan hendak menjatuhkan senjatanya. Ternyata ia malah mengarahkan ke arah dua orang anak buah gembong teroris itu. Lalu ia menarik pelatuknya. Sehingga kedua orang itu tewas.

Farouk panik dan berteriak sambil menodongkan senjatanya lebih dekat ke kepala Melati.

Farouk:

"Hentikan!"

Franklin dari belakang merampas pistol dari tangan Farouk.

Ketika Dina hendak menembak gembong teroris itu, ternyata peluru dalam kedua senjata itu telah habis.

Franklin dan Dina panik dan saling bertatapan.

Franklin kemudian mengarahkan senjata yang ia rampas. Namun ketika pelatuknya ia tarik, sasarannya meleset karena tangannya ditendang oleh wanita bercadar tadi yang kini melepaskan kerudungnya. Ternyata kerudung yang digunakan hanya merupakan sebuah kedok.

Terjadilah perkelahian tanpa senjata antara Franklin dan wanita itu. Wanita itu kalah.

Sedangkan di tempat terpisah, Dina sedang berkelahi dengan Farouk.

Melati mengakhiri perkelahian antara Dina dan Farouk dengan menendang kemaluan Farouk dari belakang, lalu kepala Farouk dipatahkan oleh Dina dengan tendangannya.



The End

Nama : Anwar Soleiman
Kelas : 42.3C.07